DaerahSamarinda

Muka Air Waduk Benanga Naik ke 8,02 Meter, BPBD Samarinda Tetapkan Status Waspada

POJOKNEGERI.COM – Ketinggian muka air di Waduk Benanga, Kecamatan Samarinda Utara, kembali meningkat hingga mencapai 8,02 meter pada Sabtu (25/10/2025) dini hari.

Lonjakan air itu membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda menetapkan status waspada, mengingat potensi meluasnya genangan di kawasan hilir waduk.

Beberapa wilayah seperti Bengkuring, Griya Mukti Sejahtera (GMS), Gunung Lingai, dan Jalan Lempake Tepian mulai terdampak luapan air.

Sejumlah rumah warga dilaporkan tergenang, meski sebagian besar warga masih bisa beraktivitas seperti biasa.

Kepala BPBD Samarinda, Suwarso, menyampaikan bahwa pihaknya telah menyiagakan personel dan peralatan di lapangan.

Menurutnya, peningkatan muka air di Benanga bukan semata akibat curah hujan di Samarinda, melainkan juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca di wilayah perbatasan.

“Komunikasi kami dengan rekan-rekan di daerah Hulu, seperti Badak Mekar dan Sungai Siring, menunjukkan bahwa aliran air di sana sudah mulai surut. Tapi karena alirannya menuju Benanga, otomatis volume air di waduk meningkat,” ujar Suwarso.

“Tadi malam sekitar pukul 2, ketinggian mencapai 8,02 meter dan kami tetapkan status waspada. Kami sudah mengingatkan lurah-lurah di sekitar Benanga agar tetap siaga. Relawan dan tim BPBD juga sudah bersiaga, baik dari sisi personel maupun peralatan,” lanjutnya.

Ia menegaskan, masyarakat perlu memahami bahwa penyebab banjir di Samarinda tidak selalu berasal dari hujan lokal.

Kondisi geografis kota yang berada di dataran rendah dan dikelilingi daerah perbukitan membuat aliran air dari Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) berkontribusi besar terhadap naiknya permukaan air di waduk.

“Banjir di Samarinda tidak semata-mata karena hujan di kota ini. Bisa juga karena hujan deras di wilayah Kukar, terutama di daerah perbatasan seperti Badak Mekar,” katanya.

Oleh sebab itu, BPBD mengimbau warga yang tinggal di bantaran sungai dan daerah langganan banjir agar meningkatkan kewaspadaan, meski belum perlu melakukan evakuasi.

“Kami selalu ingatkan warga di sekitar Sungai Karang Mumus terutama yang rumahnya rendah dan dekat aliran sungai, untuk menjaga barang-barang elektronik dan dokumen penting. Kendaraan juga sebaiknya dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi,” ujarnya.

Ia menghimbau agar masyarakat tidak perlu panik.

“Sampai pagi ini, kondisi di wilayah utara tidak ada hujan. Mudah-mudahan air di Mahakam juga mulai surut sehingga aliran dari Benanga bisa lancar tanpa hambatan,” tuturnya.

Meski air sempat naik, BPBD memastikan bahwa situasi masih terkendali.

Belum ada dapur umum yang didirikan karena warga masih bisa beraktivitas dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Belum ada dapur umum, karena warga masih bisa masak di rumah masing-masing. Aktivitas juga masih berjalan, walau mungkin ada sedikit kendala mobilitas. Biasanya bisa naik motor langsung, sekarang harus jalan kaki dulu ke tempat yang agak rendah baru bisa jalan,” jelasnya.

Tim BPBD tetap melakukan pemantauan rutin di seluruh titik rawan genangan.

Posko siaga juga disiapkan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk bila intensitas hujan meningkat di wilayah hulu.

Menurut Suwarso, pengalaman banjir besar pada beberapa bulan lagi menjadi pelajaran penting bagi warga Samarinda.

Meski kondisi kali ini hampir sama, ia menegaskan bahwa kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat jauh lebih baik.

“Kondisinya hampir sama dengan beberapa bulan lalu tapi sekarang warga lebih tanggap. Mereka sudah mulai paham kapan harus mengevakuasi barang-barang penting, mematikan listrik, atau memindahkan kendaraan,” ujarnya.

Ia pun menekankan bahwa peran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, terutama pengelolaan sampah rumah tangga, sangat berpengaruh terhadap kemampuan drainase dan aliran air.

“Dampak normalisasi sungai memang luar biasa, tapi prosesnya tidak bisa instan karena menyangkut tahapan penganggaran. Namun, kalau masyarakat bisa mengurangi sampah yang masuk ke saluran air, itu sudah sangat membantu pemerintah dalam menekan risiko banjir,” katanya.

Pemerintah Kota Samarinda terus berupaya menguatkan sinergi lintas sektor dalam penanganan banjir.

BPBD bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Dinas Lingkungan Hidup, hingga para relawan di lapangan untuk memastikan sistem drainase dan waduk berfungsi maksimal.

Selain itu, BPBD juga menggandeng komunitas warga di bantaran sungai untuk turut serta dalam pemantauan dini.

Pendekatan partisipatif ini diharapkan bisa meminimalkan keterlambatan respon saat debit air meningkat.

“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi antara pemerintah, relawan, dan masyarakat sangat penting. Kalau warga cepat melapor saat ada kenaikan air, kami bisa langsung kirim tim untuk pengecekan,” terangnya.

Meski Samarinda berada dalam status waspada, BPBD berharap cuaca di wilayah utara tetap bersahabat.

Suwarso mengatakan, jika tidak ada hujan tambahan dalam beberapa hari ke depan, air di Waduk Benanga berpotensi menurun secara alami.

“Doanya mudah-mudahan tidak ada hujan di daerah utara, terutama di Bukar dan Badak Mekar. Karena kalau di sana hujan deras, airnya pasti turun ke Benanga. Tapi kalau cuaca cerah, insyaallah muka air bisa cepat stabil,” pungkasnya. (*)

Tampilkan Lebih Banyak

Artikel Terkait

Back to top button